Bahkankehadiran atau peran musik tradisional dalam ritual sangatlah penting, harus ada, dan tidak boleh tergantikan. 2. Sebagai pengiring tarian Selain digunakan dalam ritual, musik tradisional juga sering dibawakan atau digunakan untuk mengiringi tarian daerah. Berikutyang bukan penggunaan gamelan Bali dalam upacara ritual adalah - 26118497 TyaR1350 TyaR1350 14.12.2019 Seni Sekolah Menengah Pertama terjawab Berikut yang bukan penggunaan gamelan Bali dalam upacara ritual adalah 1 Lihat jawaban Iklan Berikutpilihan jawabannya: Sarana Upacara Budaya ( Ritual ) Sarana Hiburan; Sarana Ekspresi Diri; Sarana Ekonomi; Kunci Jawabannya adalah: B. Sarana Hiburan. Dilansir dari Ensiklopedia, FUNGSIMUSIK GAMELAN BALI DALAM PERTUNJUKAN WISATAWAN ADALAHfungsimusik gamelan bali dalam pertunjukan wisatawan adalah Sarana Hiburan. Penjelasan. Kenapa jawabanya bukan A. Sarana Upacara Budaya ( Ritual )? Dalamtradisi agama hindu terdapat terdapat berbagai upacara agama Hindu seperti dewa yadnya (upacara untuk dewa - dewi dan Tuhan Yang Maha Esa), Pitra Yadnya (pembakaran mayat atau kremasi) Manusa Yadnya ( ritus kehidupan dari lahir sampai mati), Bhuta Yadnya (upacara kurban kepada alam semesta, dan Rsi Yadnya (upacara pengangkatan pendeta) yang memerlukan gambelan sebagai pengiring upacara. Adapungamelan yang biasanya dipergunakan adalah gamelan Gong Gede, Gong Kebyar, Smar Pagulingan, dan berberapa jenis gamelan lainnya termasuk salah satu diantaranya adalah gamelan Gambang. Dalam pelaksanaan ritual upacara salah satu kesenian yang menonjol penggunaannya adalah seni karawitan. Bunyi gamelan yang digunakan untuk mengiringi ritual keagamaan adalah untuk membimbing pikiran agar terkosentrasi pada kesucian, sehingga pada saat persembahyangan pikiran dapat diarahkan atau J1a1. Gamelan Bali merupakan salah satu jenis ensambel gamelan Indonesia yang terlahir dalam kebudayaan masyarakat Bali. Orang-orang Bali lebih menyebutnya "gambelan". Gamelan ini sangat khas dengan bunyi yang meledak-ledak dan cenderung hadir dengan kecepatan yang tinggi. Serta, menawarkan bagian-bagian gendhing yang lebih dinamis. Keunikan Gambelan Bali Ritme musik gamelan Bali yang cepat terutama berasal dari ceng-ceng cymbal kecil. Bunyinya nyaring dan dimainkan dengan cepat. Ini membedakannya dengan Gamelan Jawa yang lembut atau Gamelan Sunda yang mendayu-dayu. Selain itu, unsur unik gamelan ini adalah sistem pelarasan yang tepat, yakni ombak dengung akustik. Aturan getaran tersebut, khususnya dalam gamelan perunggu menghasilkan dentingan yang khas. Keunikan gamelan ini juga termasuk gema-getaran gong bersama alat lain berbilah perunggu yang datar yang tertahan oleh penguat suara bambu. Oleh karena itu, secara umum suara gamelannya mampu menghasilkan nada hingga 4-5 oktaf. Jenis-Jenis Gamelan Bali Berkaitan dengan bahan pembuatannya, di Bali ada gamelan perunggu atau yang lebih terkenal dengan sebutan gamelan krawang karena hasil karya dari pande krawang ahli perunggu. Ada juga gamelan dari bambu dan gamelan slonding yang terbuat dari besi. Dari ketiga jenis tersebut, gamelan slonding merupakan yang paling antik dan langka. Gamelan Bali sangatlah beragam, termasuk pada prinsip memainkannya, terlebih pada jenis gamelan pra Hindu-Jawa Bali Aga. Di Bali bagian timur, prinsip memainkan musik gamelan agak berbeda dengan Bali bagian selatan dan utara. Permainan gamelan di Bali Selatan dan Utara terpengaruh budaya Jawa karena terkait erat dengan keraton. Sejauh ini, terdapat kurang lebih 25-30 genre karawitan Bali. Genre tersebut terklasifikasikan berdasarkan jenis instrumen, fungsi dan bahasa. Mengingat banyaknya jenis, Gamelan Bali telah terbagi menjadi 3 kelompok besar menurut zaman, yakni Gamelan Wayah, Gamelan Madya, dan Gamelan Anyar. detailnya sebagai berikut Gamelan Wayah Jenis ini diperkirakan ada sebelum abad XV dan umumnya banyak melibatkan alat-alat berbentuk bilahan serta belum mencakup kendang. Jikapun ada kendang, peranannya tidak begitu menonjol. Contohnya Gamelan Angklung, Gender Wayang, Baleganjur, Geng Beri, Genggong, Bebonangan, Caruk, Gong Luwang, Gambang dan Gamelan Selonding. Gamelan Madya Jenis ini muncul pada kisaran abad XVI-XIX. Di sini, kendang sudah terlibat dan bermain bersama instrumen-instrumen berpencon, serta telah memainkan peran yang penting. Contoh gamelan jenis Madya, di antaranya Gamelan Batel Barong, Bebarongan, Joged Pingitan, Penggambuhan, Pelegongan, Gong Gede, dan Gamelan Semar Pagulingan. Gamelan Anyar Jenis ini muncul sekitar abad XX dengan ciri-ciri utama lebih menonjolkan kendang. Contoh Gamelan Anyar, yakni Gamelan Adi Merdangga, Manikasanti, Bumbung Gebyog, Semaradana, Geguntangan, Bumbang, Gong Suling, Jegog, Genta Pinara Pitu, Kendang Mabarung, Okakan Grumbungan, Janger, Gong Kebyar, Tektekan dan Joged Bumbung. Sejarah Gamelan di Bali Seperti yang sudah tertulis di atas, Gamelan Wayah merupakan jenis yang paling tua, dan telah ada sebelum abad ke XV. Gamelan ini pun sangat banyak macamnya. Akan tetapi, mengingat minimnya referensi mengenai sejarah Gamelan di Bali, di sini penulis hanya menyertakan sejarah salah satu Gamelan Wayah, yakni Gamelan Gambang. Asal-Usul Gamelan Gambang Keberadaan gamelan ini berasal dari konflik yang terjadi di dalam tubuh kerajaan Gelgel. Bermula dari Gusti Ngurah Klanting, putra Dalem Watu Renggong 1460-1550 yang tak menerima kakaknya, I Gusti Ngurah Tabanan, menjadi raja. Dengan maksud menghukum, Dalem pun memerintahkan Gusti Ngurah Klanting suatu tugas yang tak masuk akal. Tugasnya adalah mencari lontar milik wong gamang orang halus. Singkat cerita, di luar perkiraan Dalem Watu Renggong, Gusti Ngurah Klanting bisa memenuhi permintaan ayahandanya. Lontar permintaan ayahanda kini telah ia dapatkan. Mengetahui hal itu, Dalem Watu Renggong sangat terkejut karena memang lontar itu yang ia inginkan. Berkat keberhasilan Gusti Ngurah Klanting, kerajaan selanjutnya dibagi menjadi dua. Tapi, sebelum resmi dinobatkan menjadi raja, Gusti Ngurah Klanting disuruh ayahanda membuat seperangkat gamelan yang gending-gendingnya bersumber dari lontar tersebut. Lalu, terciptalah Gamelan Gambang yang namanya berasal dari lontar itu. Dalam perkembangan berikutnya, ensambel Gamelan Gambang berfungsi untuk menjadi sarana perlengkapan dalam ritual upacara Ngaben Pitra Yadnya. Maka sejak saat itu, atau melalui petunjuk dari I Gusti Ngurah Klanting, orang-orang mulai menggunakan perangkat gamelan tersebut sebagai musik pengiring prosesi upacara Ngaben. Salah seorang keluarga Arya Simpangan sekaa gambang sekarang yang dulunya pernah tinggal di kerajaan Tabanan, merasa senang dengan parangkat gambelan tersebut. Ia tertarik juga untuk membuat gamelan yang serupa ketika pulang ke Sembuwuk. Sejak saat itulah Gambelan Gambang juga ada di Banjar Sembuwuk di Desa Pejeng Kaja. Perkembangan Karawitan Bali Seni karawitan di Bali mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan, terlebih pada periode tahun 1970-1990-an. Pada masa itu, karawitan Bali memperlihatkan dua sisi yang menarik yang juga sangat menentukan masa depan kesenian ini. Satu sisi, gamelan telah menyebar ke seantero Pulau Bali dan bahkan tersebar ke daerah lain dan luar negeri. Kondisi itu juga yang membuat komposisi gamelan semakin komplek dan rumit. Di sisi yang lain terjadi perubahan ekspresi musikal dan juga pembaruan gaya musik lokal. Meski pada kenyataannya, desa-desa di Bali punya gamelan sendiri, bahkan ada yang lebih dari satu barungan. Tapi, Gong Kebyar menjadi yang paling baik perkembangannya. Gong Kebyar lebih terkenal karena fungsinya yang serba guna dan paling sesuai dengan selera masyarakat kebanyakan, terutama di kalangan generasi muda. Salah satu bukti perkembangan gamelan Gong Kebyar bisa terlihat di desa Singapadu, Gianyar. Di desa tersebut, hingga akhir 1960 hanya punya 1 Gong Kebyar dan 7 Gamelan Geguntangan. Namun kurang lebih 20 tahun kemudian, di desa Singapadu sudah ada 6 barung Gong Kebyar dan 2 barung Geguntangan. Bahkan, jumlah tersebut belumlah mencakup 2 barung Gong Kebyar kepunyaan sanggar atau sekaa pribadi. Tidak hanya itu, di sejumlah daerah di luar Pulau Bali juga sudah berdiri beberapa grup musik gamelan Gong Kebyar. Gong Kebyar, Semar Pangulingan, dan Gender Wayang juga tersebar di Eropa, Australia, Jepang, Canada, USA, dan India. Awalnya gamelan Bali hanya ada di perwakilan RI dan universitas, lalu grup swasta dan perorangan memilikinya. Ada grup Sekar Jaya El Ceritto, California, Giri Mekar di Woodstock, New York, dan Sekar Jepun di Tokyo Jepang. Perubahan di dalam Karawitan Belakangan muncul komposisi musik baru dengan melodi yang lincah memakai banyak nada. Ini berbeda dengan gending-gending masa lalu yang melodi-melodinya sangat sederhana dengan beberapa nada saja dan berisi banyak pengulangan. Pola cecadetan yang muncul belakangan banyak memakai pola ritme atau hitungan yang tidak ajeg. Dalam komposisi lama, termasuk Gender Wayang sekalipun, pola ritme ajeg sangatlah dominan. Perubahan ini juga diikuti adanya jenis pukulan rampak dan keras, datang tiba- tiba seperti yang terjadi pada Gong Kebyar. Perkembangan ini turut membuat ekspresi musikal di hampir semua gamelan Bali menjadi "ngebyar" meniru Gong Kebyar. Nampaknya perubahan itu besar kaitannya dengan adanya pengaruh dari Gong Kebyar. Kecenderungan lain ialah pengembangan barungan dengan cara menambah beberapa instrumen baru. Gejala ini bisa kita lihat di dalam pengembangan ensambel gamelan Geguntangan, munculnya Adi Merdangga, serta gamelan sebagai pengiring sendratari. Perubahan seperti itu kiranya juga berkaitan dengan munculnya stage-stage pementasan besar dengan penonton yang berlokasi jauh dari pentas tempat menari. Agar alunan musik bisa terdengar di telinga penonton yang ada di kejauhan, maka penambahan instrumen menjadi perlu selain tetap mempergunakan sistem amplifikasi. Misalnya tahun 1970, gamelan Geguntangan adalah barungan kecil yang bersuara lembut merdu. Sekarang, gamelan Geguntangan telah lengkap dengan beberapa buah kulkul, dan instrumen bilah seperti cuing dan lain-lain. Terlihat, kiranya ada kecenderungan bahwa gaya Bali Selatan lebih mendominasi perkembangan seni Karawitan Bali. Seperti kesenian Bali lainnya, karawitan juga meliputi dua gaya daerah Bali Utara dan Bali Selatan. Perbedaan terlihat jelas dalam tempo, dinamika dan ornamentasi tabuh- tabuh. Biasanya, tabuh Bali Utara lebih cepat dari Bali Selatan. Ini juga menyangkut masalah dinamika, tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara lebih tajam dari Bali Selatan. Meski demikian, ornamentasi tabuh-tabuh gamelan Bali Utara cenderung lebih rumit daripada yang ada di Bali Selatan. Akhir-akhir ini, tabuh-tabuh gaya Bali Utara semakin jarang terdengar. Sebaliknya, tabuh-tabuh Bali Selatan semakin keras gemanya. Ada kecenderungan di masa mendatang, karawitan Bali, terutama instrumental Gong Kebyar serta ekspresi "ngebyar" akan masuk ke jenis gamelan non-Kebyar. Karawitan Bali Utara dan Selatan akan berbaur menjadi satu mengingat pemusik dua daerah budaya ini sudah semakin luluh. Gamelan klasik seperti Semar Pagulingan bisa juga bangkit kembali. Bentuk karawitan dan gamelan Bali baru bisa terus bermunculan. Adanya "kebiasaan" seniman Bali yang terus mencoba, menggali ide-ide baru, baik dari dalam seni budaya tradisi mereka maupun dari unsur luar yang senafas. Hal ini sangatlah memungkinkan terwujudnya perkembangan seni karawitan Bali yang lebih baik di masa mendatang. Fungsi Gambelan Bali Sebagai bagian dari kesenian Bali, Gamelan Bali juga tidak terlepas dari fungsi kesenian di Bali yang pada awalnya muncul sebagai wewalen atau seni upacara keagamaan semata. Selanjutnya, terjadi pergeseran dari Seni Wali yang sakral, menjadi Bebali yang bersifat semi sakral. Hingga kemudian menjadi Balih-balihan yang bersifat sekuler. Dalam perspektif yang lebih luas, perihal kegunaan dan fungsi Gambelan Bali, kita bisa merujuk pada rumus Alan P. Merriam dalam bukunya "The Anthropology Of Music". Meski studi kasusnya berdasarkan musik Basonge di Afrika, namun rumusnya bisa untuk mengkaji kegunaan dan fungsi Gamelan Bali. Lebih detail sebagai berikut Sarana Ritual Keagamaan Gambelan berperan penting sebagai sarana ritual keagamaan di Bali. Ada beragam upacara dan gamelan pengiringnya juga berbeda. Baleganjur atau Bebonangan menjadi gamelan pengiring prosesi keagamaan, gambelan Gender Wayang sebagai pengiring upacara potong gigi. Gambelan Angklung menjadi pengiring upacara kremasi, dll. Memberi Rasa Keindahan Sebagai bagian dari kesenian, ensambel Gamelan Bali beserta seni karawitannya telah memenuhi unsur-unsur keindahan melalui harmoni nada-nada yang tersaji. Hal ini dapat menjawab kebutuhan akan rasa keindahan seseorang hingga terpuaskanlah jiwa mereka. Sebagai Alat Komunikasi Gamelan terdiri dari beberapa alat musik yang membutuhkan jumlah pemain tertentu untuk memainkannya. Dari sini, gamelan telah menjadi media yang mempersatukan masyarakat Bali. Adapun contoh yang lebih luas, bunyi gamelan menjadi pertanda masyarakat untuk berkumpul, mengadakan pertemuan ataupun kegiatan lainnya. Sebagai Media Hiburan Gamelan Bali merupakan pengiring beragam jenis kesenian Bali, termasuk yang bersifat Balih-balihan. Dalam bidang pariwisata, gambelan juga sering tampil menghibur, baik pementasan rutin, festival, pameran seni atau acara lainnya. Bahkan gambelan kini makin populer dan menjadi ikon duta kesenian Bali, di dalam maupun di luar negeri. Media Pengungkap Sejarah Dari uraian yang mengacu pada konsep Alan P. Merriam di atas, kini nampak jelas bahwa gamelan memiliki peran yang sentral dalam berbagai peristiwa sejarah. Misalnya, tampil dalam upacara pengangkatan seorang raja, pengukuhan daerah baru, dan upacara-upacara yang berkaitan dengan penggunaan perangkat gamelan. Pengukuh Norma Kehidupan Menabuh gamelan dalam suatu upacara keagamaan di Bali berarti juga menguatkan norma-norma kehidupan masyarakat. Di sini gamelan bertujuan meningkatkan integritas masyarakat. Dengan mengadakan latihan dan pementasan bersama secara rutin, anggota memiliki media untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan. Sebagai Media Pendidikan Sebagai bagian dari seni budaya, gamelan juga mengandung nilai-nilai kehidupan. Ketrampilan, kemampuan, kebersamaan dan rasa komunalitas kental dalam penyajian musik gamelan. Meski terkesan rumit, harmoni mencipta keindahan. Gamelan menjadi perantara yang mendidik masyarakat agar tetap menjunjung nilai-nilai kearifan. Referensi Gamelan angklung adalah Gamelan khas bali yang sering digunakan dalam prosesi/upacara kematian. Kata Angklung disini tidak sama dengan Angklung yang menjadi alat musik jawa barat. Pada kesempatan ini, TradisKita akan memperkenalkan Gamelan Angklung yang merupakan salah satu alat musik tradisional Bali untuk Sobat Tradisi. Artikel ini memiliki judul asli Sejarah Gamelan Angklung Bali. Gamelan Angklung Bali Gamelan angklung adalah Gamelan khas bali yang sering digunakan dalam prosesi/upacara kematian. Gamelan angklung menggunakan laras selendro dan tergolong barungan madya yang di bentuk oleh instrument berbilah dan berpencon dari krawang, Di Bali Selatan Gamelan ini hanya menggunakan 4 empat nada sedangkan di Bali Utara menggunakan 5 lima nada. Berdasarkan konteks penggunaan Gamelan ini serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi Angklung klasik Di mainkan untuk mengiringi upacara tanpa tari-tarian Angklung kebyar Di mainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama Satu barung Gamelan angklung biasa berperan sebagai keduanya, karena sering kali menggunakan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat yang luas Gamelan ini di kenal sebagai pengiring upacara Pitra Yadnyangaben. Di sekitaran Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan mayat di iringi dengan Gamelan angklung yang menggantikan fungsi Gamelan gong gede yang di pakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya odalan atau juga upacara lainnya Gamelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati merupakan seperangkat Gamelan yang sangat tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu jenis Gamelan yang termasuk kedalam golongan Gamelan tua. Sejarah Gamelan Angklung Bali Menurut keterangan dari salah seorang seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa Gamelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya merupakan Gamelan yang dimiliki oleh seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar Banjar Tebuana. Dalam pementasan Gamelan Angklung dulunya anggota tidak pernah mengadakan kegiatan latihan, dimana yang memegang peran penting yaitu” Tukang Ugal “ yang berlatih terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui gending-gending angklung. Tetapi seiring perjalannya waktu banyak konflik yang menghampiri seke tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg mengusulkan agar Gamelan Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada saat itulah Tempekan Kelod Banjar Tebuana memiliki Gamelan angklung dan langsung membentuk seke Angklung yang beranggotakan dua puluh tiga orang dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan Kelod Banjar Tebuana. Gamelan Angklung ini konon pada waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra yadnya. Tetapi karena adanya perkembangan kesenian di Bali Gamelan angklung ini di usulkan agar dapat digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu anggota seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli kajar dan reong pada tahun 1947 sehingga Gamelan Angklung ini dapat digunakan untuk menabuh gending lelambatan maupun kekebyaran. Gamelan Angklung yang terdapat di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu Gamelan yang sangat tua umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan gamelan Bali tua. Dan memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan merupakan salah satu warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga kini Gamelan Angklung masih dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya karena erat kaitannya dan selalu dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara keagamaan. Bentuk Gamelan Angklung Melihat bentuknya Gamelan Angklung merupakan gamelan yang terdiri dari beberapa aspek yang mewujudkan salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya yaitu adalah sebagai berikut, atau alat-alat yang menjadi pelengkap dalam barungan Gamelan Angklung yang terdapat di Banjar Tebuana Desa Sukawati 6-8 pasang alat yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag, dan selebihnya pemade dan kantilan 3-4 pencon, reong angklung kebyar menggunakan 12 pencon 2 buah kendang kecil klasik dan 2 buah kendang besar jika memainkan angklung kebyar 1 buah tawa-tawa 1 buah kempur kecuali angklung kebyar menggunakan gong Gangsa angklung adalah suatu instrument yang mempunyai 4empat bilah nada yang terdiri dari neng,ndung,ndang, nding dengan gaya nada selendro. Salah satu gangsa angklung biasanya bisa langsung berfungsi sebagai pengugal atau pemimpin dalam barungan angklung itu. Instrument gangsa ini biasanya menggunakan alat pukul panggul atau juga panggul gender. Cara memainkannya adalah satu nada di pukul kemudian d tutup sesuai dengan irama yang kita inginkan. Kantialan angklung adalah instrument yang mempunyai 4empat bilah nada yang terdiri dari nada ndeng, ndung,ndang, ndingtetapi dengan nada lebih tinggi dengan gaya selendro. Kantilan ini berfungsi sebagai pemanis dalam permainan atau gending angklung tersebut. Instrument ini juga menggunakan alat pukul panggul atau juga menggunakan panggul gender Jublag angklung adalah instrument yang juga mempunyai 4empat bilah nada yang terdiri dari nada ndeng,ndung,ndang,nding tetapi nadanya lebih rendah dengan gaya selendro. Jublag ini berfungsi sebagai penandan dalam gending angklung itu sendiri. Insterument ini menggunakan alat pukul panggul tetapi ukurannya lebih besar dan d bawah panggul itu menggunakan karet agar suara jublag terdengar lebih merdu. Reong angklung adalah instrument yang berpencon dengan gaya nada selendro dan dimainkan oleh 4empat orang pemain atau penabuh. Instrument ini menggunakan alat pukul panggul tetapi panggul itu di lilit dengan benang dengan tujuan agar suara reong tersebut bisa lebih merdu. Kendang angklung, biasanya kalau untuk mengiringi upacara kematian kendang angklung yang digunakan adalah kendang yang berukuran kecil karena lagu yang dimainkan adalah lagu yang bersifat sedih tetapi dalam angklung kebyar biasanya menggunakan kendang yang ukurannya lebih besar karena bentuk lagunya lebih bersemangat dan juga berbentuk kekebyaran. Instrument ini dimainkan oleh 2dua orang penabuh. Kalau menggunakan kendang berukuran kecil cara memainkannya hanya memukul bagian samping kanan yang diameternya lebih besar atau mukaknya saja, tetapi kalau menggunakan kendang besar cara memainkannya menggunakan 2dua tangan dengan memukul bagian samping kendang dengan motif pukulan seperti gegilak, dll . Tawa-tawa angklung merupakan alat sebagai tempo yang membawa lagu itu cepat atau pelan. Kempur angklung merupakan suatu alat untuk menunjukkan lagu itu sudah habis, tetapi kalau angklung kebyar biasanya menggunakan gong, karena jenis lagunya berbentuk kekebyaran. Ada juga instrument kecek dan suling yang menjadi bagian dari barungan Gamelan angklung tersebut. Megenai laras yang dipergunakan pada Gamelan Angklung adalah laras selendro empat nada yang dimaksudkan laras selendro adalah urutan nada-nada yang sama dalam satu oktafnya. Gamelan yang berlaraskan selendro empat nada ada bermacam-macam jenis, namun Gamelan Angklung memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik yang sangat berbeda dengan Gamelan –Gamelan yang berlaraskan selendro lainnya. Jenis Jenis Gamelan Angklung Bali Jenis-jenis gending Angklung ada bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya. Dibawah ini akan disebutkan beberapa gending Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang di mainkan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa di pentaskan, tetapi orang tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang dimainkan tersebut. Ada pula Gending Angklung dimana gending ini dapat dimainkan alam upacara Dewa Yadnya yaitu Tabuh Gilak Tabuh Telu Crucuk Punyah Tabuh Nem Galang Kangin. Fungsi Gamelan Angklung Bali Segala aktifitas kebudayaan bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian dari segala kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan keagamaan Hindu di Bali Gamelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting sejak jaman dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya. Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya. Gamelan Angklung selalu terlibat langsung dalam upacara tersebut, yang memberikan kesan magis indah dan sakral yang berpengaruh terhadap aktifitas sosial budaya masyarakat penikmatnya. Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan pada rangkaian upacara pada masyarakat atau kelompok pendukung dan penikmatnya. Tampaknya menjadi media ungkapan estetis fikiran dan perasaan seniman pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang mengandung nilai atau tujuan tertentu bagi masyarakatBanjar Tebuana. Meskipun juga fungsinya dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun adapula batasan – batasan tentang dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, yaitu hanya dalam mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk mengiringi tarian topeng, baris dan rejang. Dalam setiap pementasannya selalu disertakan persembahan sesajen sebelum gamelan ini dimainkan, ini merupakan tradisi dan hal sangat penting dilakukan karena merupakan sebuah penghormatan kepada roh-roh positif yang berstana pada Gamelan ini dan sekaligus menjadi persembahan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan tuntunan dalam berlangsungnya pementasan Gamelan Gong Luang. Masyarakat atau seniman – seniman di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang peduli dengan keberadaan kesenian yang sudah tua dan sudah diaanggap langka ini menggabungkan diri menjadi sebuah skaa Angklung Banjar Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata karena rasa yang cinta dan pengbdian yang tinggi terhadap warisan budaya ini tanpa adanya paksaan dan tujuan – tujuan yang lain. Mengenai keringanan yang mereka peroleh dalam tergabung diseka ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun dari segi pembiayan lainnya di Banjar mereka tetap berkewajiban dan sama dengan anggota banjar yang tidak tergabung dalam ska angklung. Anggota skaa Angklung Tempekan Kelod Banjar Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan merupakan sebuah pengabdian yang amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian kesenian yang merupakan warisan yang memiliki nilai sejarah yang amat tinggi. - Gamelan Bali merupakan alat musik tradisional yang berasal di Provinsi Bali. Jika sekilas dilihat, gamelan Bali hampir setipe dengan gamelan Jawa, alat musik tradisional yang dimainkan secara bersama-sama, meskipun keduanya ada latar belakang yang menghubungkan diantara keduanya. Dalam prasasti berbahasa Bali Kuno yang ditemukan di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng pada angka tahun 818 Saka atau 896 M menyebutkan beberapa alat musik yang berhubungan dengan gamelan. Alat musik yang berhubungan dengan gamelan tersebut menunjuk pada pemain alat musik tersebut yaitu penabuh gamelan pemukul, pesinden pagending, penabuh angklung pabunying, penabuh kendang papadaha, peniup suling besar parbhangsi, perkumpulan topeng partapukan, dan dalang parbwayang. Kemudian, saat komunikasi kerajaan Jawa dan kerajaan Bali semakin intens, beberapa jenis kesenian seperti gamelan Jawa ikut masuk meskipun masih berupa instrumen terpisah. Shutterstock/Denis Moskvinov Denpasar, Bali island, Indonesia - June 23, 2016 Group of Balinese people. Beautiful men in colorful costumes play traditional gamelan music on street parade at art and culture festival. Kondisi ini membuat gamelan Bali sekilas mirip dengan gamelan Jawa. Namun tentu, keduanya memiliki perbedaan. Pada gamelan Bali, bentuk wilah bilah pada saron lebih tebal dan instrumen berbentuk pencon semacam bonang lebih banyak pada wilah. Selain itu, cara memainkan instrumen juga tidak selalu sama. Bahkan di Bali, permainan gamelan di satu wilayah dengan di wilayah lain berbeda. Permainan gamelan di wilayah timur Bali agak berbeda jika dibandingkan dengan Bali selatan dan utara, yang masih banyak berhubungan dengan lingkungan keraton dan mendapat pengaruh dari Jawa. Ciri-ciri Gamelan Bali Gamelan Bali atau Gambelan mempunyai karakter kuat, dinamis, suaranya meledak-ledak dengan ritme musik yang cepat. Hal yang paling menonjol karena gamelan Bali memiliki instrumen sejenis hand cymbal yang berukuran kecil bernama "ceng ceng" yang menjadi pembeda dengan jenis gamelan lainnya. Shutterstock/Denis Moskvinov BALI, INDONESIA - JUNE 21, 2015 Old musician man of traditional Gamelan orchestra dressed in Balinese style male costume playing ethnic music on bamboo flute Suling at Art and Culture selalu dimainkan dalam tempo cepat. Bunyinya akan sangat nyaring jika lempeng kiri dan kanan diadukan satu sama lain. Hal ini berbeda dengan gamelan Jawa yang memiliki nada lebih lembut. Sedangkan, gamelan Sunda yang didominasi seruling memiliki ritme musik lembut mendayu-dayu. Ada alasan terkait dengan ritme musik pada gamelan Jawa. Suku Jawa sengaja menghindari ekspresi yang meledak-ledak dan berusaha mewujudkan toleransi antar sesama, sehingga dalam memainkan musik gamelan pun tidak ada suara dominan satu dengan yang lainnya. Salah satu contohnya, pada bagian penutup irama gending yang memadukan tali rebab berirama sedang untuk mengimbangi bunyi kenong, saron, kendang, gambang, dan gong. Jenis Gamelan Bali Berdasarkan bahan pembuatannya, gamelan bali dibedakan menjadi tiga, yaitu Gamelan perunggu yang disebut "gamelan krawang" karena dirakit oleh pande krawang ahli perunggu Gamelan bambu karena berbahan bambu Gamelan besi yang disebut "gamelan slonding", gamelan besi merupakan gamelan paling langka karena jarang digunakan Berdasarkan kemunculannya gamelan Bali dibedakan menjadi Shutterstock/Evantravels UBUD, BALI, INDONESIA - NOV 1 A man plays traditional gamelan percussion during the ceremony of the cremation of the Queen on November 1, 2013 in Ubud, Bali. Gamelan Wayah atau Gamelan Tua. Diperkirakan, gamelan tersebut sudah ada sejak sebelum abad XV. Pada masa ini, gamelan didominasi oleh alat-alat berbentuk "wilahan". Jenis gamalan ini seperti, angklung, gender, wayang, baleganjur, gengging, bebonangan, geng beri, caruk, gong luwang, gambang, dan selonding. Kendang belum ada dalam ansambel gamelan wayah. Gamelan Madya. Diperkirakan, jenis gamelan madya muncul pada sekitar abad XVI sampai XIX. Instrumen kendang atau gendang dan pencon sudah digunakan pada masa gamelan madya. Gamelan yang termasuk jenis ini antara lain batel barong, bebarongan, joged pingitan, penggambuhan, gong gede, pelegongan, dan semar pegulingan. Gamelan anyar atau Gamelan Baru. Diperkirakan, gamelan ini muncul sekitar abad XX. Permainan instrumen kendang sangat menonjol pada jenis gamelan anyar. Beberapa gamelan yang termasuk dalam jenis ini antara lain adi merdangga, manikasanti, bumbung gebyog, samaradana, bumbang, gong suling, geguntangan , jegog, genta pinara pitu, kendang mabarung, gong kebyar, okakan atau grumbungan, janger, tektekan, dan joged bumbung. Fungsi Gamelan Bali Bagi masyarakat Bali, gamelan Bali tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena gamelan memiliki fungsi sakral sekaligus profan. Awalnya, gamelan Bali sebagai wewalen atau seni upacara keagamaan semata. Namun dalam perjalanan waktu, terjadi perubahan kondisi di dalam masyarakat. Akhirnya terjadi pergeseran, gamelan yang tadinya sabagai wewalen yang bersifat sakral menjadi bebali bahkan menjadi balih-balihan atau sekuler. Shutterstock/Denis Moskvinov BALI, INDONESIA - June 21, 2015 Musicians of Gamelan orchestra in Balinese people costume playing ethnic ritual music on traditional Indonesian instruments. Penggunaan gamelan sebagai ritual keagamaan berbeda-beda sesuai dengan jenis upacaranya, seperti gamelan "baleganjur" dan "bebonangan" sebagai pengiring prosesi keagamaan, gemelan "gender wayang" untuk upacara potong gigi, dan gamelan "angklung" sebagai pengiring upacara ngaben. Dalam berbagai kesenian Bali termasuk yang bersifat balih-balihan juga diiringi gamelan. Dalam bidang pariwisata, gemalen dipentaskan sebagai hiburan, baik pementasan rutin, festival, pameran maupun pementasan kesenian lainnya. Gamelan Bali juga menjadi duta kesenian Bali, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sumber Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. This post was written by Ayu Dwi Sattvitri on April 16, 2019 Posted Under Tak Berkategori 1. PENDAHULUAN Kebudayaan Bali adalah sebuah sistem pengetahuan atau gagasan yang digunakan sebagai pengatur tingkah laku, yang hidup dan berkembang dari generasi ke genereasi, dipelajari, dipraktekkan, dihayati, dan dibanggakan. Kesenian merupakan fokus dari kebudayaan Bali, karena dalam sistem kesenian terkait seluruh unsur yang lain seperti sistem religi, sistem pengetahuan, bahasa, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, dan teknologi Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 2009. Hal. 165. Di pulau Dewata ini, kesenian tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, melainkan juga sebagai sarana dan pelengkap peristiwa-peristiwa ritual yang bersifat keagamaan, kebersamaan suatu komunitas, dan penunjang faktor ekonomi bagi sebagian masyarakatnya. gamelan hidup dengan subur karena dimantapkan dan dipelihara melalui dukungan sistem sosial yang berintikan lembaga-lembaga tradisional, seperti desa adat, banjar, dan berbagai jenis sekaa organisasi profesi I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan… 2008. hal. 1-2. Dalam mendiskusikan kesenian Bali, perhatian orang tak pernah lepas dari seni karawitan khususnya gamelan Bali. Hal ini desebabkan karena di Bali hingga saat ini terdapat banyak jenis perangkat gamelan dari yang paling kecil dan sederhana, hingga yang paling besar dan kompleks. Hal ini membuktikan adanya keragaman ciri, gaya, dan fungsi, juga membuktikan adanya kreatifitas masyarakat yang terus-menerus sejak masa lampau. Berdasarkan periode perkembangan budaya, para ahli menggolongkan gamelan Bali menjadi tiga kelompok yaitu 1 Gamelan golongan tua, terdiri dariGambang, Saron, Selonding Kayu, Gong Beri, Gong Luwang, Selonding Besi, Angklung Kelentangan, dan GenderWayang. 2 Gamelan golongan madya, terdiri dari Pegambuhan, Smar Pegulingan, Pelegongan, Bebarongan, JogedPingitan, Gong Gede, dan Bebonangan. 3 gamelan golongan muda, terdiri dari Pearjaan, Gong Kebyar, Pejangeran,Angklung Berbilah Tujuh, Joged Bumbung, Gong Suling, Genta Pinara Pitu, Smarandana, dan Bumbang I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan… 2008. hal. 3. Beragamnya barungan gamelan yang dimiliki Bali merupakan sumber inspirasi bagi kreator-kreator seni yang tak akan pernah ada habisnya. Karya-karya musik gamelan yang dibuat oleh seniman-seniman Bali maupun seniman asing yang menggunakan perangkat dari gamelan Bali merupakan cermin bahwa musik Gamelan Bali bisa dibilang bersifat universal. Di dalam hal ini gamelan Bali juga memiliki ajaran moralitas dan banyak mempertimbangkan kondisi setempat, yang di Bali kaprahnya disebut dengan desa kala patra. 2. RUMUSAN MASALAH Seperti yang diuraikan di atas, gamelan telah menjadi tradisi yang sejalan dengan berbagai aspek kehidupan agama, sosial, ekonomi, budaya, pariwisata, dan lingkungan secara terpadu dan akrab, merefleksikan cita-cita bersama masyarakat Hindu di Bali. Terkait dengan hal itu, muncul pertanyaan-pertanyaan yang perlu dibahas sebagai berikut 1. Apakah fungsi gamelan dalam konteks upacara ritual keagamaan di Bali. 2. Apakah pengaruh gamelan terhadap sistem sosial di Bali. 3. Adakah peranan gamelan dalam konteks hubungan manusia dengan alam. 4. Adakah peranan gamelan dalam perkembangan pariwisata di Bali. 5. Adakah pengaruh berkembangnya gamelan terhadap sistem perekonomian masyarakat Bali. 3. PEMBAHASAN Gamelan tak dapat dipisahkan dari konsep hidup orang Bali yaitu konsepsi Tri Hita Karana. Terkait dengan konsepsi Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kesejahteraan materi dan rohani manusia, maka kesejahteraan adalah hasil integrasi dari hubungan harmoni dari tiga variable yakni hubungan harmoni antara hidup manusia dengan Tuhan Parhyangan, hubungan harmoni antara hidup manusia dengan sesamanya Pawongan, hubungan harmoni antara hidup manusia dengan alam sekitarnya Palemahan. Gamelan Bali pada kenyataannya sampai saat ini masih difungsikan sebagai pengiring prosesi. Gamelan ini, bila dikaitkan dalam konsep Tri Hita Karana dapat dilihat dari sudut fungsi yang di dalamnya berhubungan dengan konteks upacara ritual Keagamaan Parhyangan, konteks sosial Pawongan dan konteks lingkungan Palemahan. A. Gamelan dalam Konteks Upacara Ritual Keagamaan Parhyangan Gamelan Bali dalam konteks Parahyangan berfungsi mengiringi upacara ritual Hindu. Misalnya pada upacaraManusia Yadnya yaitu dalam upacara Mesangih Mepandes. Gamelan Gender Wayang selalu digunakan untuk mengiringi proses upacara tersebut. Demikian juga dengan gamelan Gambang, biasanya dimainkan pada saat upacara Pitra Yadnya. Di samping gamelan gambang, juga terdapat jenis gamelan Baleganjur. Gamelan Baleganjur ini kalau kita lihat dari proses upacara Dewa Yadnya biasanya dimainkan pada upacara Melasti. Kalau kita lihat dari proses upacara Pitra Yadnya, gamelan Baleganjur ini digunakan untuk mengiringi petulangan dalam prosesi Pengutangan bagi umat Hindu. Demikian juga halnya dengan gamelan Gong Kebyar yang kini sangat populer pada kehidupan masyarakat Bali. Selain sebagai sarana hiburan, gamelan yang tergolong baru ini juga bisa digunakan dalam mengiringi prosesi upacara Dewa Yadnya. Misalnya pada saat odalan di Pura, Gong Kebyar bisa digunakan untuk mengiringi tari-tari wali seperti tari Topeng, tari Baris Gede, tari Rejang Dewa dan lain sebagainya. Sungguh banyak fungsi Gong Kebyar dalam kehidupan ini bila kita kaitkan dalam konteks Parhyangan. B. Gamelan Dalam Konteks Sosial Pawongan Manusia mempunyai sifat sebagai makhluk sosial yaitu saling membutuhkan antar sesama dan manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ketergantungan dengan orang lain jika ditinjau sebagai makhluk sosial. Hubungan pawongan di sini menyangkut tentang sosial masyarakat, yang di dalamnya termuat gamelan Bali dengan berbagai fungsi kegiatannya. Salah satunya yaitu penumbuh rasa kebersamaan. Dalam memainkan gamelan, seorang penabuh dituntut keterampilannya dan mampu mengadakan koordinasi dengan penabuh lainnya, kemudian dilakukan pemahaman terhadap rasa kebersamaan dan gotong royong untuk tercapainya penampilan yang sempurna I Wayan Suharta, et. al., “Laporan Penelitian Gending-Gending…”. 1995. Dengan adanya rasa kebersamaan maka akan tumbuh pula rasa persatuan. Dengan demikian, Gamelan juga berfungsi sebagai pemersatu suatu komunitas. Gamelan Bali selalu berkembang dari zaman ke zaman melaui proses ide kreatif manusia yang selalu mempunyai sifat selalu ingin untuk mencoba. Sesuai dengan konsep pawongan, antar manusia juga bisa saling mengisi ilmu melalui gambelan Bali yang kaprahnya dilakukan oleh seniman-seniman karawitan Bali. Di sana antara manusia satu dengan yang lainnya akan saling mengisi dan menambah wawasan. Kayanya Bali akan jenis-jenis gamelan ini membuat orang asing untuk ikut serta mempelajari salah satu dari jenis gamelan Bali tersebut. Para seniman karawitan Bali bisa juga memperoleh keuntungan melalui gambelan Bali tersebut. Misalnya dalam proses mengajar orang asing, di sana akan mendekatkan hubungan kita antara manusia dengan manusia lainnya. Dengan gamelan kalau dilihat dari konteks pawongan, kita akan bisa mencari teman baru yang datang dari berbagai daerah atau negara. Sangat banyak fungsi gambelan Bali kalau kita lihat dalam konteks pawongan. C. Gamelan Dalam Konteks Lingkungan Palemahan Kalau dilihat dari konteks palemahan, gamelan Bali dapat digunakan sebagai musik prosesi pada upacara yang ada hubungannya dalam alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Misalnya gamelan Gong Kebyar dan Baleganjur digunakan pada saat upacara mecaru. D. Gamelan Dalam Konteks Pariwisata Bali adalah pulau yang kecil yang menjadi tujuan para wisatawan domestik maupun internasional. Dalam konteks pariwisata peran gamelan Bali sangatlah penting. Gamelan Bali bisa dipakai untuk penyajian sebuah seni pertunjukkan yang akan dipentaskan kepada wisatawan-wisatawan tersebut. Ada pula wisatawan yang datang ke Bali sengaja untuk melihat pertunjukan pementasan gamelan Bali dan sengaja datang untuk belajar bermain gamelan Bali. E. Gamelan Dalam Konteks Ekonomi Seperti yang diuraikan pada poin D di atas, bahwa gamelan mempunyai peran yang sangat vital dalam perkembangan pariwisata di Bali. Hal itu membawa dampak yang luar biasa pada perekonomian negara khususnya bagi masyarakat Bali sendiri, yaitu pendapatan perkapita negara yang semula rendah menjadi tinggi akibat berkembangnya pariwisata. Dewasa ini, gamelan telah menjadi lahan kerja bagi seniman-seniman Bali. Dalam acara-acara perlombaan gamelan maupun parade gamelan yang bergengsi seperti yang ada dalam rangkaian acara Pesta Kesenian Bali PKB, setiap peserta selalu berusaha menunjukan penampilan yang lebih baik dari peserta lainnya dengan berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah dengan mencari komposer-komposer yang berpengalaman dan memiliki popularitas tinggi dengan bayaran yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan banyak bermunculan seniman-seniman profesional yang menyediakan jasa pembuatan tabuh. 4. PENUTUP Gamelan Bali adalah salah satu budaya yang diwariskan melalui tradisi secara turun-temurun yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek sosial, ekonomi, agama, pariwisata dan lingkungan. Banyaknya fungsi dan peranan yang dimiliki gamelan dalam menunjang kehidupan masyarakat pendukungnya menyebabkan gamelan terus berkembang di tengah perkembangan jaman. Fungsi dalam konteks keagamaan misalnya, gamelan digunakan untuk mengiringi pelaksanaan bebagai upacara Yadnya. Begitu juga dalam konteks sosial, memainkan gamelan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mempererat persatuan dan kesatuan suatu komunitas. Dalam konteks Pariwisata, gamelan menjadi salah satu daya tarik wisatawan asing maupun lokal dalam upaya memajukan pariwisata Bali. Dan dalam konteks ekonomi, dewasa ini gamelan telah menjadi lahan kerja bagi kalangan seniman karawitan dengan menawarkan jasa pelatihan dan penuangan gending. Kuantitas fungsi dari gamelan ini lah yang menyebabkan gamelan telah menjadi bagian hidup masyarakat Hindu di Bali dan selalu di lestarikan sebagai tradisi dan Budaya yang adi luhung.

berikut yang bukan penggunaan gamelan bali dalam upacara ritual adalah